Minat Belanja Online Makin Potensial
A
A
A
DALAM beberapa tahun terakhir, belanja online telah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat urban. Prediksi dari BMI Research pun menunjukkan, tahun ini pasar belanja online akan naik dua kali lipat dan pertumbuhan belanja online makin potensial.
Belanja online tumbuh sebagai tren yang sangat menarik seiring pertumbuhan pengguna internet. Sistem belanja lewat internet ini tidak hanya menghemat waktu, juga memberi kesempatan konsumen mendapat penawaran harga terbaik. Berdasarkan Online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan BMI Research, peluang pertumbuhan pasar belanja online masih sangat besar seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia.
Hasil riset BMI Research tersebut mengungkapkan, pada 2014 pengguna belanja online mencapai 24% dari total pengguna internet di Indonesia. Riset tersebut dilakukan di 10 kota besar di Indonesia terhadap 1.213 orang dengan usia antara 18-45 tahun melalui metode phone survey .
Head of BMI Research Yoanita Shinta Devi, dalam jumpa pers Online Shopping Outlook 2015 di Jakarta, Kamis (22/1) memprediksi pasar belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57% pada 2015 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Yoanita mengemukakan, besarnya potensi pertumbuhan industri pasar belanja online di Indonesia ini sejalan dengan target pengguna internet yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2015, yaitu mencapai 150 juta pengguna dari total penduduk Indonesia sekitar 255,5 juta jiwa. Dilihat dari perputaran uangnya, hasil riset BMI mengungkapkan, nilai belanja online pada 2014 mencapai Rp21 triliun, dengan nilai belanja ratarata per orang per tahun Rp825.000.
“Dengan asumsi nilai belanja yang sama, maka pada 2015 nilai belanja online diprediksi akan meningkat hingga mencapai Rp50 triliun. Ini merupakan kondisi yang positif bagi pertumbuhan bisnis pasar belanja online di Indonesia,” kata Yoanita.
Fashion dan aksesori tertinggi
Dari sisi demografi, yang paling berminat dengan belanja online sebesar 53% adalah perempuan, dan 56% berusia muda antara 18-30 tahun. Kecenderungan perempuan yang meminati belanja online juga terlihat dari produkproduk favorit yang laku terjual, yaitu pakaian (41%), fashion & aksesori (40%).
Sementara gadget dan elektronik masing-masing mencapai 11%. “Sebagian besar dari konsumen belanja online atau 8 dari 10 orang bertransaksi dengan menggunakan mobile device ,” tambah Yoanita. Meski sudah menjadi tren, ternyata masih banyak masyarakat yang tidak menyukai belanja online .
Data riset mengungkapkan, sekitar 36% responden menyatakan tidak ingin bertransaksi di toko online karena tidak percaya jual beli online . Menyoal hambatan ini, praktisi public relations yang juga Managing Director Imogen Suharjo Nugroho mengatakan, hal ini menjadi tantangan yang perlu dijawab oleh pelaku toko online .
“Kampanye public relations harus diperhitungkan sebagai langkah utama perusahaan dalam menjaga citra dan memperkuat kredibilitas karena kampanye ini mampu menciptakan citra positif, baik terhadap sistem transaksi online maupun terhadap kredibilitas online shop tersebut,” kata Suharjo.
Hal ini, menurut dia, diperkuat dengan data BMI Research yang mengungkapkan, sumber informasi utama mereka mengetahui toko online berasal dari televisi dan pemberitaan (59%), teman dan keluarga (57%), situs (56%), serta media sosial (33%).
Praktisi Digital dari Manifesto Matthew Rompas menambahkan, kampanye digital dan media sosial juga diperlukan mengingat konsumen utama toko online berasal dari para pengguna internet. “Karena sebenarnya prospek utama konsumen toko online adalah pengguna internet, jadi membangun kedekatan dengan mereka di dunia digital dan media sosial menjadi sangat penting,” tutupnya.
Matthew juga menambahkan, selain membenahi kedekatan dengan pengguna internet, pemilik bisnis online perlu sejalan membangun kepercayaan. Seperti membenahi sistem logistik yang masih cukup amburadul sehingga kemungkinan konsumen mendapatkan barang rusak bisa diminimalkan. Kemudian dari sisi pemerintah, wacana regulasi pengadaan pajak online dapat menjadi satu cara meningkatkan sisi kepercayaan pada konsumen.
Dengan adanya pengaturan pajak online , pebisnis yang bermain di ranah ini akan dengan serius menggarap bisnisnya, memperbaiki segala hambatan yang membuat sekitar 76% orang sebelumnya masih menjawab mungkin saja tertarik dan enggan berbelanja lewat internet, beralih minat.
Dyah Ayu Pamela
Belanja online tumbuh sebagai tren yang sangat menarik seiring pertumbuhan pengguna internet. Sistem belanja lewat internet ini tidak hanya menghemat waktu, juga memberi kesempatan konsumen mendapat penawaran harga terbaik. Berdasarkan Online Shopping Outlook 2015 yang dikeluarkan BMI Research, peluang pertumbuhan pasar belanja online masih sangat besar seiring meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia.
Hasil riset BMI Research tersebut mengungkapkan, pada 2014 pengguna belanja online mencapai 24% dari total pengguna internet di Indonesia. Riset tersebut dilakukan di 10 kota besar di Indonesia terhadap 1.213 orang dengan usia antara 18-45 tahun melalui metode phone survey .
Head of BMI Research Yoanita Shinta Devi, dalam jumpa pers Online Shopping Outlook 2015 di Jakarta, Kamis (22/1) memprediksi pasar belanja online di Indonesia akan tumbuh hingga 57% pada 2015 atau meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Yoanita mengemukakan, besarnya potensi pertumbuhan industri pasar belanja online di Indonesia ini sejalan dengan target pengguna internet yang dicanangkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2015, yaitu mencapai 150 juta pengguna dari total penduduk Indonesia sekitar 255,5 juta jiwa. Dilihat dari perputaran uangnya, hasil riset BMI mengungkapkan, nilai belanja online pada 2014 mencapai Rp21 triliun, dengan nilai belanja ratarata per orang per tahun Rp825.000.
“Dengan asumsi nilai belanja yang sama, maka pada 2015 nilai belanja online diprediksi akan meningkat hingga mencapai Rp50 triliun. Ini merupakan kondisi yang positif bagi pertumbuhan bisnis pasar belanja online di Indonesia,” kata Yoanita.
Fashion dan aksesori tertinggi
Dari sisi demografi, yang paling berminat dengan belanja online sebesar 53% adalah perempuan, dan 56% berusia muda antara 18-30 tahun. Kecenderungan perempuan yang meminati belanja online juga terlihat dari produkproduk favorit yang laku terjual, yaitu pakaian (41%), fashion & aksesori (40%).
Sementara gadget dan elektronik masing-masing mencapai 11%. “Sebagian besar dari konsumen belanja online atau 8 dari 10 orang bertransaksi dengan menggunakan mobile device ,” tambah Yoanita. Meski sudah menjadi tren, ternyata masih banyak masyarakat yang tidak menyukai belanja online .
Data riset mengungkapkan, sekitar 36% responden menyatakan tidak ingin bertransaksi di toko online karena tidak percaya jual beli online . Menyoal hambatan ini, praktisi public relations yang juga Managing Director Imogen Suharjo Nugroho mengatakan, hal ini menjadi tantangan yang perlu dijawab oleh pelaku toko online .
“Kampanye public relations harus diperhitungkan sebagai langkah utama perusahaan dalam menjaga citra dan memperkuat kredibilitas karena kampanye ini mampu menciptakan citra positif, baik terhadap sistem transaksi online maupun terhadap kredibilitas online shop tersebut,” kata Suharjo.
Hal ini, menurut dia, diperkuat dengan data BMI Research yang mengungkapkan, sumber informasi utama mereka mengetahui toko online berasal dari televisi dan pemberitaan (59%), teman dan keluarga (57%), situs (56%), serta media sosial (33%).
Praktisi Digital dari Manifesto Matthew Rompas menambahkan, kampanye digital dan media sosial juga diperlukan mengingat konsumen utama toko online berasal dari para pengguna internet. “Karena sebenarnya prospek utama konsumen toko online adalah pengguna internet, jadi membangun kedekatan dengan mereka di dunia digital dan media sosial menjadi sangat penting,” tutupnya.
Matthew juga menambahkan, selain membenahi kedekatan dengan pengguna internet, pemilik bisnis online perlu sejalan membangun kepercayaan. Seperti membenahi sistem logistik yang masih cukup amburadul sehingga kemungkinan konsumen mendapatkan barang rusak bisa diminimalkan. Kemudian dari sisi pemerintah, wacana regulasi pengadaan pajak online dapat menjadi satu cara meningkatkan sisi kepercayaan pada konsumen.
Dengan adanya pengaturan pajak online , pebisnis yang bermain di ranah ini akan dengan serius menggarap bisnisnya, memperbaiki segala hambatan yang membuat sekitar 76% orang sebelumnya masih menjawab mungkin saja tertarik dan enggan berbelanja lewat internet, beralih minat.
Dyah Ayu Pamela
(ftr)